Kata “brand” berasal
dari kata kuno “brandr” yang berarti “menyala”. “Brand” masih merupakan sarana supaya pemilik/owner bisa
dikenali oleh pihak lain. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, sebuah brand atau merek adalah nama, istilah,
tanda, simbol, desain, atau kombinasi dari semua itu yang dapat digunakan untuk
mengenali produk dan service dari
penjual, dan untuk membedakan produk atau service tersebut
dari yang lain.
Sebuah
brand mencerminkan suatu produk, tetapi juga mempunyai dimensi lain yang mampu
membedakannya dari produk yang lain dan didesain untuk memenuhi kebutuhan yang
sama. Perbedaan ini bisa jadi rasional dan nyata, atau lebih
simbolik, emosional, atau tidak berwujud. Oleh karenanya, sebuah produk yang branded atau bermerek bisa jadi adalah berupa
produk fisik atau berbentuk fisik.
Peranan brand bagi
konsumen
Brand bisa memberikan makna tersendiri bagi konsumen. Konsumen
bisa merasakan suatu brand dari
pengalaman menggunakannya dan program-program pemasaran yang diberikan produk tersebut
selama bertahun-tahun. Mereka bisa tahu brand mana
yang dapat memenuhi kebutuhannya dan mana yang tidak. Sebagai akibatnya, brand bisa sangat memengaruhi keputusan
untuk membeli.
Jika konsumen
sudah mengenali suatu brand dan
mempunyai pengetahuan atau pengalaman akan brand ini, mereka tidak perlu banyak berpikir lagi
untuk memutuskan membeli produk tersebut. Dari sudut pandang ekonomi, brand bisa mengurangi kerepotan dalam
memilih produk, baik secara internal (dalam arti seberapa banyak mereka harus
berpikir) dan secara eksternal (dalam arti seberapa banyak mereka harus
berkeliling mencari). Berdasarkan apa yang sudah diketahui akan suatu brand (kualitas, karakteristik, dan
lain-lain), konsumen bisa membuat asumsi tentang apa saja yang mungkin belum
mereka ketahui tentang brand tersebut.
Makna yang
terkandung dari sebuah brand bisa
jadi sangat dalam. Hubungan antara brand dengan
konsumen bisa menjadi suatu ikatan tersendiri. Konsumen bisa percaya dan setia
pada produk yang mereka yakini dapat memberikan benefit yang konsisten. Selama konsumen merasa
puas menggunakan suatu produk dan menyadari akan kegunaan serta benefit yang
bisa diberikan oleh produk tersebut, maka mereka akan terus membelinya. Benefit yang diberikan mungkin tidak
sepenuhnya menyangkut fungsi dari produk tersebut. Brand tertentu bisa diasosiasikan dengan
berbagai tipe orang tertentu dan dengan demikian turut mencerminkan value atau ciri tertentu. Dengan memakai
produk tersebut, konsumen bisa mendapatkan sarana untuk berkomunikasi dengan
yang lain atau bahkan dengan dirinya sendiri. Mereka bisa menjadi seseorang
yang mereka inginkan.
Singkatnya, bagi
konsumen, makna khusus yang terkandung dalam sebuah brand mampu
mengubah persepsi dan pengalaman mereka dalam menggunakan produk tersebut.
Produk lain yang sama mungkin bisa dinilai secara berbeda oleh konsumen,
tergantung dari identitas yang diusung dan atribut-atribut yang dimiliki oleh brand. Brand bisa
memberikan makna yang unik dan personal bagi konsumen yang mampu memfasilitasi
kehidupan mereka sehari-hari dan memperkaya kehidupannya.
Peranan brand bagi
perusahaan
Secara
operasional, suatu brand bisa
berguna dalam mengelola catatan inventori, akunting, dan lain-lain. Sebuah brand juga bisa memberikan proteksi hukum terhadap
segala fitur dan aspek dari produk tersebut. Suatu brand bisa memberikan suatu aset intelektual
atau hak kepemilikan, serta memberikan perlindungan hukum kepada pemilik brand.
Seperti yang
sudah disebutkan di atas, investasi untuk brand bisa membuat produk menjadi unik dan
mempunyai value tersendiri,
yang dapat membedakannya dengan produk lain. Brand bisa
mencerminkan tingkatan kualitas tertentu, sehingga konsumen yang puas bisa
memilih kembali produk tersebut.
Singkatnya, bagi
perusahaan, brand bisa
memberikan kita suatu aset hak kepemilikan yang sah secara hukum, yang mampu
memengaruhi perilaku konsumen, bisa dibeli dan dijual, dan bisa memberikan revenue masa
depan yang stabil bagi pemiliknya. Karena alasan-alasan ini, mereka berani
membayar mahal untuk brand yang
sudah established dalam merger maupun akuisisi perusahaan.
Aktivitas branding
Oleh karena itu,
menamai suatu produk adalah sangat penting agar dapat mengedukasi konsumen
tentang “siapa” atau apa identitas dari produk tersebut. Selain itu, penting
juga supaya konsumen bisa memahami apa kegunaan dari produk atau service tersebut, dan mengapa mereka harus
membelinya. Dengan kata lain, untuk menamai suatu produk atau service, kita harus
memberikan suatu ciri khas pada produk. Juga supaya konsumen bisa mengerti apa
arti dari brand tersebut
bagi mereka, mengapa produk ini spesial, dan berbeda dengan brand/produk yang
lain. Aktivitas branding oleh
karenanya mencakup menciptakan suatu kerangka berpikir agar konsumen bisa
memahami produk, membantu mereka dalam membuat keputusan, dan produk tersebut
bisa memberikan value bagi
perusahaan.
Customer-based Brand Equity
Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen serta pelanggan adalah inti dari
ilmu marketing. Maka dalam menciptakan dan mengelola brand equity,
kita seharusnya bisa menyadari betapa penting faktor pelanggan. Dengan
demikian, customer-based brand equity berguna agar suatu brand bisa
memiliki ciri khas dan mempunyai arti tersendiri bagi pelanggan.
Sebuah brand dikatakan mempunyai customer-based brand
equity yang bagus apabila pelanggan memberikan respons lebih positif
terhadap suatu brand atau produk yang dipasarkan. Kunci
dari branding adalah konsumen bisa membedakan produk kita dengan
jelas apabila dibandingkan dengan produk pesaing.
Ada tiga unsur utama yang penting: differential effect, brand
knowledge, dan consumer response to marketing.
Pertama, brand equity muncul
dan tercipta dari keberagaman respons konsumen. Jika tidak ada ciri khas atau
sesuatu yang berbeda, maka brand suatu produk tidak akan bisa
unggul di antara yang lain, dan akan dianggap generik/tidak ada bedanya dengan
produk lain.
Kedua, perbedaan respons konsumen ini adalah hasil dari
pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang produk Anda. Jadi, walaupun
konsumen terus-menerus dibombardir oleh segala aktivitas marketing
perusahaan-perusahaan, brand equity pada akhirnya hanya
tergantung dari apa yang ada di benak konsumen.
Ketiga, perbedaan respons konsumen yang menciptakan brand
equity tercermin pada persepsi, pilihan, dan perilaku konsumen yang
berhubungan dengan semua aspek dari aktivitas pemasaran.
Customer-based brand equity sendiri tercipta
ketika konsumen sudah mempunyai awareness dan kepekaan yang tinggi
dengan suatu brand, serta mempunyai persepsi yang unik akan brand
tersebut dalam ingatan mereka.
Jadi, dengan menciptakan brand awareness dan image positif
dalam benak konsumen, maka kita akan mampu mengedukasi konsumen sehingga dapat
mempengaruhi perilaku mereka dan menciptakan berbagai macam customer-based
brand equity. Dalam beberapa kasus, brand awareness saja
tidaklah cukup untuk mendapatkan respons positif konsumen (misalnya dalam
pengambilan keputusan, biasanya konsumen hanya akan memilih produk-produk yang
sudah familiar saja bagi mereka).
Customer-based brand equity tercipta karena
ada perbedaan atau keragaman respons konsumen terhadap aktivitas marketing
ketika mereka sudah mengetahui brand tersebut. Biasanya
perbedaan/keragaman respons tersebut akan tergantung pada seberapa besar
tingkat awareness dan seberapa baik penilaian konsumen
terhadap brand. Sejumlah keuntungan bisa didapat dari brand yang
kuat, baik dalam bentuk revenue yang lebih besar, atau biaya
yang lebih rendah. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Kesetiaan pelanggan yang lebih besar.
2.
Bisa lebih bertahan dalam menghadapi
persaingan.
3.
Bisa lebih bertahan dalam menghadapi
krisis.
4.
Margin profit yang
lebih besar.
5.
Konsumen bisa lebih toleran bila kita
menaikkan harga.
6.
Konsumen bisa lebih senang jika kita
menurunkan harga.
7.
Mendapat dukungan dan kerja sama yang
lebih baik.
8.
Komunikasi dan promosi yang lebih
efektif.
9.
Peluang lisensi lebih terbuka.
10.
Peluang perkembangan atau brand
extention yang lebih terbuka.
Menurut Kevin Lane Keller dalam bukunya Strategic Brand Management, konsep Consumer-Based Brand Equity (CBBE) melakukan
pendekatan ekuitas suatu brand berdasarkan
perspektif dari konsumennya, secara individual maupun organisasi. Pemikiran
dari konsep CBBE didasarkan
pada kekuatan suatu brand. Kekuatan
itu terletak pada apa yang berada dalam pikiran dan hati pelanggan.
Menurut Keller,
tantangan yang dihadapi para marketer dalam membangun brand yang kuat adalah memastikan pelanggannya
memiliki pengalaman yang tepat dengan produk tersebut. Pengalaman itu kemudian
akan memunculkan perasaan, pikiran, kepercayaan, persepsi, dan opini
tentang brand tersebut, baik atau buruk.
CBBE positif yang dihasilkan dari pengalaman baik akan
memberikan keuntungan kepada perusahaan. Misalnya saja, pelanggan lebih bisa
menerima perluasan produk dari suatu brand, lebih tidak
sensitif terhadap kenaikan harga, dan berinisiatif mencari cara baru dalam
mendapatkan produk pada jalur distribusi yang baru.
Salah satu cara untuk menciptakan CBBE positif adalah brand yang kuat. Dalam membangun brand yang kuat, ada empat langkah yang harus
ditempuh. Setiap langkah tersebut mewakili pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.
Who are you? (identitas brand)
2.
What are you? (makna brand)
3.
What about you? What do I think or feel about
you? (respon terhadap brand)
4.
What about you and me? What kind of
association and how much of a connection would I like to have with you? (hubungan dengan brand)
Keempat
pertanyaan itu ditampilkan pada sebuah model piramida Brand
Resonance atau Resonasi Merek. Model piramida ini mendeskripsikan cara untuk
membuat hubungan loyalitas yang aktif dan intens dari pelanggan
terhadap brand.
Model ini
turut mempertimbangkan peran brand positioning terhadap
apa yang pelanggan pikirkan, rasakan, dan lakukan serta sejauh mana mereka
terhubung dengan brand. Setiap implikasi yang diciptakan di dalam model
ini akan memengaruhi kekuatan brand pada
pembentukan ekuitas brandatau nilainya.
Brand yang
kuat pada akhirnya adalah brand yang
membuat si pelanggan begitu terikat. Hasilnya, pelanggan akan menjadi ‘misionaris’
dalam berbagi kepercayaannya dan menyebarkan berita tentang brand tersebut.
David A. Aaker menyatakan bahwa merek memberikan “nilai” sehingga nilai total produk yang “bermerek” baik menjadi lebih tinggi dibandingkan produk yang dinilai semata-mata secara objektif. Mengapa? Salah satu pertimbangan yang dapat dikemukakan adalah reputasi tinggi merek yang tinggi tentunya tidak jatuh dari langit tetapi dibangun melalui proses yang bahkan tidak jarang memakan waktu ratusan tahun. Jika pembangunan merek itu memerlukan usaha sedemikian rupa, maka wajarlah muncul kompensasi tambahan nilai. Aaker menyebut nilai tersebut ekuitas merek (brand equity). Munculnya konsep ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa merek yang bereputasi merupakan aset yang juga dapat diperjualbelikan sebagaimana aset-aset perusahaan lainnya. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek yang tinggi. Dengan demikian, merek memegang peran yang amat penting bagi perusahaan mengingat ekuitas merek yang kuat memunculkan banyak keuntungan bagi perusahaan. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen mengonsumsi produk tersebut, yang selanjutnya akan mengantar perusahaan memanen keuntungan dari waktu ke waktu. Karena itu, aset merek ini dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi penyusunan langkah strategis perusahaan.
David A. Aaker menyatakan bahwa merek memberikan “nilai” sehingga nilai total produk yang “bermerek” baik menjadi lebih tinggi dibandingkan produk yang dinilai semata-mata secara objektif. Mengapa? Salah satu pertimbangan yang dapat dikemukakan adalah reputasi tinggi merek yang tinggi tentunya tidak jatuh dari langit tetapi dibangun melalui proses yang bahkan tidak jarang memakan waktu ratusan tahun. Jika pembangunan merek itu memerlukan usaha sedemikian rupa, maka wajarlah muncul kompensasi tambahan nilai. Aaker menyebut nilai tersebut ekuitas merek (brand equity). Munculnya konsep ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa merek yang bereputasi merupakan aset yang juga dapat diperjualbelikan sebagaimana aset-aset perusahaan lainnya. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek yang tinggi. Dengan demikian, merek memegang peran yang amat penting bagi perusahaan mengingat ekuitas merek yang kuat memunculkan banyak keuntungan bagi perusahaan. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen mengonsumsi produk tersebut, yang selanjutnya akan mengantar perusahaan memanen keuntungan dari waktu ke waktu. Karena itu, aset merek ini dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi penyusunan langkah strategis perusahaan.
Brand Awareness (Kesadaran Merek)
Kesadaran (awareness) menggambarkan keberadaan merek di
dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan
biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand
equity. Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas
pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Kesadaran
merek merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen
lainnya. Jadi jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa
ekuitas mereknya juga rendah.
Piramida
kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai
berikut.
1.
Unaware of Brand (tidak menyadari
merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, di mana
konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.
2.
Brand Recognition (pengenalan merek)
adalah tingkat minimal kesadaran merek, di mana pengenalan suatu merek muncul
lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
3.
Brand Recall (pengingatan kembali
terhadap merek) adalah pengingatan kembali kepada merek tanpa bantuan (unaided recall).
4.
Top of Mind (puncak pikiran) adalah
merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul
dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama
dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.
Peran kesadaran merek dalam membantu
merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan
suatu nilai.
Penjelasan dari keempat
nilai tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasi lain
Suatu
merek yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi melekat pada
merek tersebut karena daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi di mata
konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran sutu merek
rendah, suatu asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada
merek tersebut.
2.
Familier/rasa suka
Jika
kesadaran merek kita sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan merek
kita, dan lama kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek yang
kita pasarkan. “Tak kenal maka tak sayang” merupakan ungkapan yang tepat untuk
situasi ini.
3.
Substans/komitmen
Kesadaran
merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi
suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran atas merek tinggi, kehadiran merek itu
akan selalu dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan kesadaran konsumentinggi
biasanya disebabkanoleh beberapa faktor, antara lain:
-
Diiklankan secara luas
-
Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu
-
Jangkauan distribusi yang luas
-
Merek tersebut dikelola dengan baik.
Karena itu, jika kualitas dua merek adalah sama,
kesadaran merek akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian.
4.
Mempertimbangkan merek
Langkah
pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi merek-merek yang dikenal
dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan
dibeli. Merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang
tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak
akan dipertimbangkan dalam benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan
dalam ingatan konsumen adalah yang disukai atau dibenci.